Kamis, 02 Februari 2012

Sebut saja itu hanya kebetulan

saat raga dan jiwa itu masuk ke dalam pikiran, raga, dan jiwaku mungkin aku bisa dikatakan sebagai wanita yang beruntung. karena aku bisa menyukaimu, mengagumimu, menyayangimu bahkan aku bisa mencintaimu walau tanpa arah. tak usah dan tak perlu kau tanyakan alasan mengapa aku sampai bisa "mencintaimu begitu mendalam" karena aku tak akan menjawabnya dengan perkataan semu ini, tapi kemarilah, dan lihatlah, kau bisa tau dan kau bisa menanyakan pada hatimu sendiri saat kau sudah tau apa "arti dari pengorbananku" selama ini kepadamu. aku juga tak tau, berharap tak pasti apakah pengorbanan yang slama ini ku lakukan akan terbalas atau hanya kau lihat dengan tatapanmu yang bisu itu? mungkin kau akan membalasnya tapi entah tak tau kapan.

suatu saat aku mulai mengerti jika cinta membuat semuanya lebih indah dan bermakna, seperti apa yang kau berikan padaku saat ini. aku mulai lebih mencintaimu semakin gila, ya semakin gila. tapi aku tak tau apakah maksud kau berikan semua ini kepadaku. apakah ini hanya sebagai belas kasihan saja, atau memang ini ketulusan hatimu yang sebenarnya? jujur saja aku masih belum mengerti jalan pikirmu saat ini :) dan mungkin aku sudah gila, sampai sampai aku tanyakan sebesar apa cintamu kepada rumput yang bergoyanng, sungguh itu hal yang bodoh, bukan?
rayapan detik pada waktu hatiku merambat begitu cepat, begitu cepat sehingga aku semakin lama semakin ingin mengetahui tujuanmu yang datang di hidupku saat ini. sungguh aku ingin tau. pikiran untuk mengetahui tujuanmu pun aku buang sajalah, aku pikir itu tidak penting, aku sudah mengambil kesimpulan yang cepat, jika memang tujuanmu itu adalah ketulusan yang sebenarnya. aku menyimpulkan seperti itu sejak kau memberiku mawar padaku saat langit jingga di sore itu. aku mulai yakin jika kau pasti untukku. seiring memudarnya warna merah mawar ini aku semakin begitu mencintaimu, sangat mencintaimu, dan sungguh mencintaimu apa adanya walau aku masih belum bisa mencintaimu tanpa arah.
semakin hari mawar ini warnanya semakin gelap, rapuh, kusam, dan bahkan untuk aku sandarkan pada tembok kamarkupun tak mampu, tapi dengan begitu pula cintaku masih tetap ada dan tetap besar untukmu. dan sampai suatu hari kejadian yang tak kuinginkan terjadi, aku menerima surat darimu, sepucuk surat beramplop biru dengan pita merah dan simbol mawar di covernya, begitu indah. semoga saja isi surat itu indah seperti luarnya. tapi ternyata dugaanku salah besar, aku pendapat surat darimu yg berisi
" hai apa kabar? ku harap kau baik seperti saat terkahir kali kita bertemu pada saat aku memberikan mawar padamu. mawar itu masih ada kan? atau mungkin sudah kau buang? semakin rapuh kah dia? jujur saja, perasaanku padamu sekarang seperti mawar itu, semakin hari semakin rapuh, aku tak tau mengapa alasannya bisa begitu. maaf aku hadir lagi dalam kehidupanmu, karena aku hanya ingin menanyakan bagaimana hidupmu yang sekarang, oh iya minggu depan aku tunangan, ku harap kau menyempatkan datang pada acarku kali ini"
sungguh aku tak percaya ini bisa terjadi, tetesan air mataku tercucur dengan sangat derasnya, entah karna apa. karna aku begitu sakit hati, atau karna aku tak sanggup memilikinya lagi, atau mungkin karna aku kehilangannya, aku tak tau bagaimana perasaan yang sedang aku alami saat ini.
"Apa perlu aku donorkan mata dan hati ini untukmu? Supaya kamu bisa melihat dan merasakan ketulusan cinta yang sebenernya ke kamu?" mungkin kau memberiku harapan, memberiku cinta, dan memberiku bagian kecil dari hatimu itu hanya sebuah selingan ruang kosong tanpa arti di hidupku begitu? atau kau hanya ingin mempermainkaku saja? atau justru kau ingin membuatku menderita? atau mungkin saja kau ingin membuatku bahagia tapi kau tak bisa, dan kau melampiaskan semuanya dengan cara seperti ini? hmm, "ya sudahlah, sebut saja itu hanya cinta kebetulan yang sengaja datang padaku :)"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar