Kamis, 27 Maret 2014

rasanya tidak perlu ada judul

seperti sesak napas. pikiran saya penuh dengan sdfghjnksnkshjdhs yang mungkin tak semua orang bisa memahaminya. seperti menghakimi perasaan hati sendiri yang selalu bertentangan dengan logika. hei malamku, ada apa denganmu malam ini? pucatmu menyengsarakan hatiku. pekatmu tak lagi memberikan keberanian padaku untuk segala sesuatu yang mestinya harus aku ungkapkan. sejatinya, malam ini mungkin adalah malam tanpa arti. malam ini seperti tidak bisa memberikan bahagianya untukku. atau mungkin karena bahagianya sedang diambil alih oleh sang pengukir hati? emm ups.
ya begitu akibatnya jika kamu tak terbiasa hidup sendiri. jika kamu terbiasa dibahagiakan oleh orang lain. jika kamu terbiasa didengar oleh orang lain. jika kamu terbiasa menaruh segala sesuatu harapan, mimpi kepada orang lain. jika hal itu pergi kau mau apa? itu cinta kan?
lagi lagi cinta. hash, aku juga bingung kenapa banyak orang begitu angkuh untuk memperbincangkan cinta? bagiku cinta itu hanya sebuah majas. kadang cinta memperlihatkannya ironinya untukku, dimana terlihat manis tapi pahit untuk ditafsirkan. seperti itu kah cinta? atau mungkin metafora? keindahan metafora juga takkan pernah habis untuk cinta. pada klimaksnya cinta memaksa orang yang mengenalnya, untuk menemukan seseorang yang baru dalam hidupnya. entah mungkin sebagai pendamping hidup atau hanya sebagai penyangga lara?
tapi rasanya malam ini aku ingin sejenak melepas keluh kesah, ingin sejenak melupakan penat yang ada. ada kah seseorang yang mau menjadi persinggahan tanpa gelisah? jika tidak ada, beri aku cara untuk menghentikan rotasi ini. aku ingin semuanya berhenti sejenak, berkunjung ke situasi yang berbeda. menjadikannya sebuah amnesia yang paling indah. entahlah, berbicara apa aku malam ini. ini bukan tentang cinta, atau kamu, bahkan masalalu. ini tentang aku yang berusaha untuk tidak menulis tentang cinta, kamu dan masalalu.
Karena begitu banyak kata-kata yang tertimbun di dalam. Tidak tahu harus dikeluarkan ke mana dan dengan cara apa. Semua telinga sibuk mendengarkan ocehannya sendiri. Sementara telingaku dipaksa mendengar kebisingan itu. Telinga siapa yang mau mendengar? Tanpa menghakimi. Tanpa menggurui. Hanya bersedia menjadi tempat rebahan kata-kata yang tertahan di ujung penat ini. saya tidak perlu jalan keluar, saya tidak perlu sebuah hiburan. saya tau dimana posisi saya berada, saya tau sosok apa yang saya mau untuk saat ini. kali ini saya hanya butuh sebuah genggaman dan sesungging senyuman. tanpa saya bicara, saya tau bagaimana sosok itu harus menguatkan saya.

selamat malam, pucatku. semoga kau lekas merona untuk esok hari <3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar